Tuesday, September 26, 2017

Inspirasi Hidup: "Hati Emas" si Tukang Becak



Kebaikan dan ketutulisa masih merupakan barang
langka di dunia ini. Di era yang semakin mengagungkan persaingan ini, membuat
seseorang makin kecil empatinya. Namun dalam video kisah isnpirasi ini , kita
perlu banyak belajar dari seorang tukang becak ini, seorang tukang yang berasal
dari China yang bernama Bai Fang Li. Bai Fang Li bukanlah orang yang kaya raya,
ia juga bukan berasal dari keluarga yang terpandang, ia hanyalah seorang tukang
becak, ia tukang becak. Yang tentunya penghasilannya tidak seberapa. Namun di
balik tubuh rentanya ia memikul tanggung jawab yang besar, sebab ia tengah
menyekolahkan sekitar 300 anak miskin.
Sunggu luar biasa, hingga tak heran nama Bai Fang Li
sangatlah harum di negeri Tirai Bambu ini. Ia hampir di kenal hingga ke seluruh
penjuru china berkat hati emas yang ia miliki. Dan masih tersohor hingga
sekarang meski sudah terjadi pada tahun 1987 silam
Pada awalnya Bai Fang Li hanyalah seorang pensiunan
yang memilih untuk tinggal di kampung halamannya. Hanya saja saat di masa
pensiuanannya, hatinya sempat tergugah melihat banyak sekali anak-anak yang
kurang mampu yang tidak sekolah dan melihat mereka tengah sibuk bekerja keras
di ladang-ladang maupun di sawah-sawah
Hal tersebut
membutnya gusar dan bertanya kepada anaknya. Mengapa anak-anak tersebut banyak
yang tidak bersekolah? Anaknya pun menjawab bahwa sebagaian besar dari mereka
berasal dari keluarga tidak mampu untuk membayar uang sekolah. Ayahnya yakni
Bai fang li menjadi semakin gisar dan menyumbangkan uang sebesar 5000 yuan
untuk sekolah yang berada di tengah-tengah kampung halamannya
Saat itu Bai Fang Li menganggap bahwa jumlah
yang disumbangkannya terlalu sedikit sehingga ia kemudian memutuskan untuk
menjadi tukang becak guna menambah penghasilannya karena penghasilannya dari
uang pensiuan dianggapnya masih terlampui kecil untuk membantu anak-anak
tersebut. Hebatnya lagi ia memutuskan untuk menjadi tukang becak tersebut saat
usianya sudah menginjak usia 74 tahun.
Awalnya anaknya mengingatkan agar bai fang li
tidak perlu sampai harus menjadi tukang becak sebab tubuhnya sudah renta dan
pendengarannyapun sudah berkurang. Tapi ia menolak
Ia selalu mengawali aktiivasnya menjadi
tukang becak sejak pagi buta dan kembali saat hari sudah gelap. Setiap hari ia
hanya berhasil mengumpulkan 20- 30 yuan setiap hari.dan menyimpan uang tersebut
dengan baik.
Kebutuhan untuk membiayai anak-anak asuhnya
makin banyak, iapun akhirnya memilih untuk memangkas kebuthhan hidupnya dengan
pindah ke rumah yang lebih kecil, dan makan dengan seadanya saja. Rumahnya
berada di pinggi rel hal tersebut disengajka agar ia bisa melayani penumpang
hingga 24 jam.
Menurut penuruturan anak anak asuhnya, ia tak
pernah lupa untuk memberi semua anak-anaknya uang sekolah dan bahkan berlaku
tegas tatkala anak-anaknya tidak dispilin dalam menggunakan uangnya dan waktu
untuk belajar



Hingga pada saat umurnya sudah menginjak usia
90 tahun badannya kian ringkih, beliau kemudian mendatangi salah satu sekolah
di mana para anak asunya mengenyam pendidikan, dan menyerahkan uang yang telah
di kumpulkannya.
Bai Fang li berkata bahwa “ saya sudah tidak
bisa mengayuh becak lagi, sehingga saya\ sudah tidak bisa menyumbang lagi, dan
kemungkinan ini adalh sumbvangan terkahir saya. Namun besar harapan saya agar
semua anak-anak tersebut masih tetap diijinkan untuk beserkolah di sini dan
mendapatkan pekerjaan serta berkontribusi trerhadap negara ini”
Pesan singkat namun sangat mengharukan tersebut
hingga membuat semua anak anak asuhnya meneteskan mata. Namuan sayangnya saat
tahun 2005, beliau akhirnya wafat dengan meninggalkan 300 anak asuh yang ia
biayai sendiri dari hasil kerja kerasnya. Ia meninggal karena telah didiagnoasa
penyakit kanker paru-paru. Sampai akhrir ayatnya ia telah menyumbang sebesar
350 ribu yuan atau sekitar 500 juta rupiah
Atas jasa- jasanya tersebutlah warga Tianjin china
kemudian telah membangun monumen Bai, para penduduk menganggap bahwaia adalah
sosok pahwalan yang tak akan tergantikan


kisah mengharukan ini tentu mengajarkan kita banyak hal tentang arti sebuah
ketulusan dan perjuangan untuk membantu sesama, dan yang paling terpenting
kisah inspirasi ini membuktikan bahwa tidak perlu untuk menjadi kaya kalau
sekedar ingin berbagi, nyatanya dengan berbagi itulah Bai Fang Li menjadi orang
terkaya di Dunia bahkan mungkin di akhirat, sebuah nama yang akan selalu di
kenang sampai kapanpun , itulah sebuah pengorbanan yang tidak akan pernah bisa
tergantikan oleh uang.



Semoga bermanfaat

Newer Post Older Post Home

0 comments:

Post a Comment

Share With

Twitter Google Plus Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Total Pengunjung Minggu Ini