Terkesiaplah Buk Murya melihat 3
ekor srigala menanti di depannya kurang lebih berjarak 3 meter. Dengan
hati-hati ia mnaruh Anaknya di sebuah semak-semak hujan yang turuin diharapkan
dapat menyamarkan bau anaknya. Dengan keberanian yang ia kumpulkan sedari tadi
ia meraih sebongkah kayu sebesar 1paha orang dewasa, para srigala tampak
berjalan perlahan menghampiri bu murya dengan mata merah menyala gigi
menyeringai disertai liur yang menetes berjalan semakin dekat tiba-tiba saja 1
srigala berlari kea rah bu murya , buuugggghhhh . . . . . . 1 pukulan tepat mengenai kepala srigala
tersebut hingga terlempar , srigala tersebut tampak roboh namun kembali bangkit
namun kali ini dengan terhuyung-huyung . 2 ekor srigala lainnya berjalan
mengelilingi bu murya, begitupun bu murya ia mengambil ancang-ancang untuk
memukul kembali srigala yang mencoba untuk mendekat satu srigala tanpa di
sadari meyergap dari belakang . “grrrhhhhhhhh”srigala tersebut menggit kaki
kiri bu murya “arhhhhhhhh” darah menetes tanpa henti dari bu murya tanpa piker panjang lagi , ,
Buuugghhh . . . ia hantamkan kayu itu tepat ditelinga srigala yang menggigitnya
kali ini giliran serigala tersebut menegeluarkan darah di seputar mulut dan
telinganya, bu Murya merintih menahan rasa sakit di kakinya ia mencoba untuk
berdiri kembali ia mencoba menghimpun kembali kekuatannha guna menghadapi 1
srigala yang masih sehat akan tetapi srigala yang dicarinya tidak ia lihat
hanya ada 2 ekor srigala yang masih terluka,
ia terkesiap ia teringat dengan anaknya yang ia taruh di semak-semak
kurang lebih berjarak 10 meter di balik pohon benalu itu dengan berjalan
terseok-seok ia berjalan menuju semak-semak tersbut alangkah kagetnya bu murya
menemukan serigala tersebut tengah mengendus-ngendus anaknya yang sedari tadi
menangis minta susu. Dengan sekuat tenaga tanpa memperhatikan rasa sakit dan
darah yang menetes di kakinya u murya
dengan sekuat tenaga berlari kearah srigala tersebut. HIIIIAATTTTTTTTCCCHHH,,,,,
BUGGGGHHHH tepat mengenai punggung
serigala yang tampak terkejut melihat kedatangan bu murya secara
tiba-tiba, srigala tersebut melengking menahan rasa sakit, darah di kaki Bu
murya yang menetes kian bertambah banyak
saja namun tak ia hiraukan ia mencoba untuk menjadi tameng anaknya.
hujan yang turun mulai mereda
kedua srigala yang terluka tadi mulai berdatangan bermaksud untuk menyerang bu
Murya lagi kali ini mereka menyerang secar bersama-sama , ggggggrrrhhhhhh
“aaaaaahhhhhhhhhhh” bu Murya merintih karena kaki kanan dan tangan kirinya tercabik
gigi srigala tanpa buang waktu lagi .. “hhhiiiaaaaattttt”bu murya mengayunkan
kayunya ke dua serigala tadi yang tidak mau melepaskan gigitannya alhasil
BUUGGHHHHHH . . . . BUGGHHHHHHH tepat
mengenai kepala dan punggung serigala tadi hingga membuat kedua serigala terkapar bersimbah darah selain itu tidak ada
lagi tanda-tanda mulai bangkitnya lagi sreigala tersebut Tnda sudah mati.
Tinggal 1 serigala lagi yang masih hidup namun aneh bukannya menyerang bu murya
serigala tersebut malah melolong sejadi-jadinya , bu murya terkesiap karena
serigala yang datang sangat banyak ternyata serigala tersebut memanggil
kawanannya , bu Murya kembali lemas setelah melihat beberapa gigi serigala
tersebut bersimbah darah dan terselip kain baju suaminya ia menjadi yakin bahwa
suaminya telah meninggal di terkam serigala-serigala tersebut bu muryapun
menjadi lemas dan terjatuh bersimpuh ia tak kuasa lagi membendung
serigala-serigala tersebut ia tak kuasa lagi melindungi anaknya.
“Ya
tuhan kutuklah hambamu ini karena tak sanggup melindungi anak hamba yang
merupakan titipanmu dari serigala tersebut , hamba pasrah dengan apapun yang
akan terjadi “
Para serigala berjalan menghampiri bu murya
untuk bersiap menyerang, mata bu murya terpejam karena sudah pasrah mengenai
segala sesuatu yang akan terjadi tiba-tiba saja “kiiiiiiiaaaaaaaakkkkkk
kkkkiiiiiiaaaaakkkkkk kkkkkkkkkkiiiiiiiiiiiaaaaakkk” suara kawanan burung elang
menyambar-nyambar serigala tersebut hingga membuat kawanan serigala tersebut
lari tunggang langgang bu murya tampak kebingungan.
“kenapa
elang tersebut mau membantu ku apa ia mengerti dengan apa yang menimpa
keluargaku!”Tanya bu murya di dalam hatinya
“apa
kalian tidak apa-apa?”Tanya seorang pria di belakangnya
“anda
siapa apa anda yang menyuruh elang-elang tersebut membantu saya?”Tanya bu murya
“aku ki
kanjuruh kalian selamat sekarang!” sambil menggendong anaknya
Betapa
terkejutnya bu murya mendengar nama tersebut,
“aa….
A..aaa.pa Anda yang di juluki Pendekar
elang dari gunung berbatu?”Tanya bu murya terbata-bata
“ia , ,
tadi aku mendengar suara lolongan serigala jadi aku langsung memutusakan untuk
melihatnya kesini”
“te . .
te … terimakasih aahhhhhh” Bu muryapun ambruk ketanah karena kekurangan darah
“to..to..to…
longlah ja..ja..jaga anaku men…diang. Aa …aayahnya ingin ia ja..jadi pende..kar
yang he..heebat!”pinta bu Murya
“siapa
nama anakmu?”
“Ra…ra..ra…ndi”
“baiklah
aku akan menjaga randi, seprtinya takdir telah mempertemukan kita akan kubuat
ia menjadi pendekar tanpa tanding yang memiliki sipat ksatria!” kata Ki
kanjuruh
“be…ber..berjanjilah!”pinta
Bu Murya
“Ia aku
berjanji”jawab Ki Kanjuruh
Mendengar hal tersebut Bu
Muryapun merazakan ketennangan batin yang luar biasa, ia telah berhasil
melindungi anaknya meskipun hal itu menyebabkan ia menuju kea lam keabadian, ia
sangat angga karena telah mempunyai suami yang mau berkorban demi
keluarganya,ia ingin di kehidupan selanjutya mereka akan kembali lagi di
pertumakan dalam 1 harmoni kebersamaan. Mata bu muryapun semakin berat detak
njantung semakin melemah perlahan dsemi perlahan kegelapan kian tampak nyata,
hingga pada akhirnya detak jantungnya benar-benar berhenti, Bu Murya telah
berpulang sebagai sosok pendekar pemberani demi menjaga anaknya ia mengorbankan
nyawanya sungguh hal yang patut di teladani.
Setelah Bu murya meninggal Ki kanjuruh kemudian mencari jasad suami Bu
Murya akan tetapi hanya tersisa Tulang belulangnya saja maka dari itu Ia
kumpulkan tulang belulangya kemudian memakamkannya di sebelah makam Bu Murya
secara layak ia Buatkan sebongkah batu sebagai nisannya dan iapun menulis di
batu tersebut “PAK MURYA DAN IBU MURYA SOSOK PAHLAWAN TELADAN” begitulah tulisannya Ki Kanjuruh
ingin kelak Randi mengetahui pengorbanan
yang di lakukan Oleh Ayah dan Ibunya dan meniru sikap ksatria dari kedua orang
Tuanya, Karena menurutnya Seseorang itu dikenang bukan dari bagaimana ia hidup
tapi bagaiman ia mati! Bu Murya Dan Pak Murya mati untuk melindungi Anaknya Ia
akan abadi sebagai seoarng pahlawan.
Setelah selesai memakamkannya Ki
Kanjuruhpun membawa Randi Pulang Kerumahnya di temani para Elang Peliharaannya
Ki Kanjuruh menggunakan Jurus meringankan tubuh ia melompat dari 1 pohon ke
pohon lainnya dengan kecepatan tinggi dalam sekejap mereka telah sampai di
Puncak Gunung Berbatu di hadapannya terhampar Batuan yang menjulan tinggi sekali lagi dengan Ilmu meringankan tubuhnya
ia naik ketas seperti terbang tinggi batu tersebut menjulang sekitar 800 Meter
di sana banyak terdapat sarang burung elang peliharaanya, di p[uncak Batu tersebutlah terdapat gua
kediaman Ki kanjuruh. Pantas saja selama ini tidak satupun orang berhasil
menemui kediamannya kartena untuk mencapa tempat kediamannya di perlukan ilmu
meringankan tubuh dan hanya orang-orang berilmu tinggilah yang mampu menjangkau
daerah itu. Setelah tiba di atas kemudian ki Kanjuruh masuk ke gua ia rebahkan
Randi di sebuah batu datar di sana tidak ada balai karena Ki kanjuruh Tidur
dalam pose Semedi tidak rebahan seperti kebanyakan orang, setelah merebahkan
Randi ia kemudian meyalakan obor
penerangan dan menyalakan perapian sekedaar untuk menghangatkan badannya, ia
kembali menggendong Randi ia taruh di pangkuannya sembari mengayun-ngayunkan
agar Randi Lebih terlelap tidurnya di tengah pencahayaan yang seadanya Ki
kanjuruh terkejut bukan kepalang melihat sesuatu Di tubuh Randi.
“Ta…Ta….tanda
ini?”pekik Ki kanjuruh tak percaya
Bersambung……..
0 comments:
Post a Comment