Kesulitan demi kesulitan dialami oleh
anak-anak yang mengalaimi kelainan genetik yang bisa membuat dirinya bertransformasi
menjadi hewan buas, hal tersebut bisa melindungi anak-anak pengidap kelainan tersebut
dari marabahaya akan tetapi anak-anak yang mengidap kelainan tersebut terkadang
kerap di buru oleh peneliti dan orang-orang yang mengigikan kekuatannya selain
itu terkadang anak-anak pengidap kelainan tersebut mengalami kesulitan untuk
berinteraksi sosial dengan lingkungannya. Anak-anak seperti itu kerap
diistilahkan dengan anak-anak Faktor-X
Megan terduduk lesu di tepi
ranjangnya, setelah mendengar percakapan dari ayahnya mengenai dirinya akan
ditipkan di rumah neneknya selama beberapa waktu, karena kepentingan kerja di
luar kota. Ah megan selalu membayangkan kesulitan akan selalu menjemputnya. Ia
adalah satu dari sekian anak-anak Faktor-X. Selama ini ia telah bersusah payah
untuk menjaga dirinya agar dapat hidup seperti manusia normal. Ia selau
berusaha menahan diri agar tidak merasa panik, sedih, takut atau marah yang
berlebihan yang dapat membuat dirinya bertransformasi menjadi Anjing Ganas!
Ini hari pertama Megan di rumah nenek. Tinggal disini bukan hal yang menyenangkan. Rumah berada di antara gedung-gedung kuno dengan jalan setapak yang tak lebar di depannya. Suasananya sepi, mencekam saat malam. Nenek tinggal dengan seorang pembantu wanita. Usianya sekitar lima tahun di atas Megan. Nenek begitu mempercayainya. Ia di percaya untuk melakukan hal-hal penting, seperti menghitung uang penjualan toko Nenek. Tak seperti nenek Megan tak menyukai Gadis tersebut. Estella namanya. Ia sering memandangi Megan lama-lama,lalu mendengus. Senyumannya sinis. Tentu hal itu dilakukannya saat nenek tidak ada dirumah.
“Sudah malam, sayang. Gosok gigi
lalu tidurlah!’ujar neneknya sambil menepuk bahu Megan
“aku akan mengantarmu ke kamar
mandi!” kata estella sambil bangkit dari duduknya.
“Oh tak usah!”tolak megan cepat. Estella
membuatnya takut,pandangan matanya senyuman sinisnya sepertinya ia punya maksud
tak baik pada Megan.
“aku akan ke kamar mandi
sendirian!”kata megan dengan langkah cepat-cepat menuju kamar mandi.
Setelah
selesai menggosok gigi dengan langkah kaki yang diseret, Megan menuju kamar
tidurnya ia matikan lampu dan mencoba untuk tidur namun dua jam berlalu Megan
masih tak dapat tidur. Desir angin yang menggerakan papan penutup jendela
membuatnya tak tenang, megan berusaha menepis pikiran buruknya. Klek…klek…klek!
Megan mendengarkan suara penutup pintu yang di gerakan. Jantungnya berdegup
kencang. Ia cepat-cepat berdoa, ia tak ingin berubah menjadi anjing. Megan
berusaha menenangkan hatinya, mungkin itu nenek atau estella. Astaga! Estella?
Jangan-jangan ia hendak mengganguku . Krak..krak..krak! pintu kamar megan
didorong paksa. Pintu tua yang semula terkunci itu terbuka sedikit. Anak
kuncinya juga lecet. Megan memejamkan mata karena takut.
Dalam
keremangan megan memicingkan matanya. Dilihatnya estella tengah menatapnya.
Pasti ia mengira Megan telah tertidur. Pelan-pelan estella mengambil kursi dan
menaikinya. Ia memasang sesuatu di langit-langit kamar. Setelah itu ia
berjingkat keluar. Keringat dingin melumuri tubuh megan. Ia sendiri tak tahu,
mengapa ia setakut ini pada estella. Oh! Megan merasa kulitnya mengeras.
Kepalanya terasa berat. Punggungnya membungkuk dan kulitnya ditumbuhi
bulu-bulu. Megan berusaha keras menenangkan dirinya. Pelan-pelan tubuhnya
kembali seperti keadaan semula. Nyaris ia berubah diri. Apa yang kutakutkan?
Hiburnya pada dirinya sendiri. Estella hanya memasang sesuatu. Pengeras suara
tip nenek mungkin.
Rasa ingin buang air kecil sejak
sejam lalu membuat dirinya beranjak ke kamar mandi. Melewati gudang, megan
terkejut melihat seseorang berbaju hitam dan bertopeng tengah memasukan sesuatu
dari laci almari nenek. Tanpa sengaja ia menendang kaleng pengganjal pintu.
Klang! Megan dan orang berbaju hitam sama-sama terkejut. Si baju hitam melihat
Megan. “nenek! Estella! Tolong!” teriak megan. Ia tak tahu harus berbuat apa.” Tolonglah, nek!”
nenek terbangun dan bergegas menuju arah suara megan. Karena panik, ia terjatuh
tongkat yang membantunya berjalan tak dapt ia raih. “ssssstttttttt! Jangan
bersuara, atau…..” si baju hitam mengeluarkan pisau, suaranya parau. Jantung
megan berdegup kencang. Kali ini ia benar-benatr ketakukatan dan panik. Ia menunggu
nenek berbuat sesuatu. Megan tak dapat meredakan ketegangannya. Tubuhnya terasa
amat sakit. Hal yang di khawatirkannya terkadi. Ia berubah menjadi Anjing. Ia
menerkam si baju hitam yang benar-benar terkejut dengan perubahan itu. Megan
menggonggong, mencakar, dan menggigitnya. Ia membuat lawannya tak kuasa
menyerang. Begitu lepas dari megan, si baju hitam berlari keluar rumah. Megan
perlahan keluar melalui pintu depan dengan sisa tenaganya. Empat menit kemudian
megan kembali menjadi manusia biasa. Ia masuk kedalam rumah. Ditolongnya nenek
yang jatuh di kamarnya. “ada apa ini?estella muncul.” Seseorang menyerang
kalian?” si rambut pirang itu berjongkok di depan mendekati nenek. Deg!megan
melihat tangan stella yang tergores. Bekas tercakar . ada sedikit darah disitu.
Astaga . . . . .
Bersambung . . .
0 comments:
Post a Comment