Alkisah di Sebuah Gunung berbatu di
negri tatsaka tinggal seorang tua renta memiliki perawakan tinggi , jenggot
putih yang memanjang hingga ke dada, selalu mengenakan jubah berwarna hitam,
dan memiliki codet bekas cakaran elang di mata kirinya ki Kanjuruh begitullah namanya dan para
pendekar di dunia persilatan memberikan julukan sang pendekar Elang dari Gunung berbatu hal tersebut dikarenakan
Ki kanjuruh memiliki jurus andalan yang melegenda di dunia persilatan yaitu
Jurus Cakar Elang maka dari itulah ki kanjuruhh termasuk 5 pendekar terkuat
dari 5 penjuru mata angin dimana Ki kanjuruh merupakan pendekar terkuat di
penjuru tengah. Meskipun Ki kanjuruh memiliki nama besar di dunia persilatan
tidak membuatnya menjadi besar hati seumur hidupnya beliau tak pernah sekalipun
menindas yang lemah selalu membela kebenaran itulah sikap ksatria yang
dimilikinya selain itu ki kanjuruh juga jarang tampil di depan umum sehingga
banyak pendekar berbondong-bondong
datang ke Gunung berbatu untuk menemuinya tentu untuk mempelajari ilmu bela
diri dari Beliau tapi nihil tak satupun ada orang yang mengetahui persis
kediamannya dan menemukannya , terkadang ki kanjuruh pernah menampkan dirinya
ketika menolong orang-orang yang ditindas namun setelah itu ia akan menghilang
lagi maka tak heran ki kanjuruh kadang juga di juluki siluman elang mengingat
suka muncul dan pergi seenaknya seperti siluman.
Pada
suatu hari pasangan suami istri pak murya dan buk murya sambil menggendong
anaknya yang masih kecil sedang mencari kayu bakar di hutan , dengan berbekal
sebuah kapak warisan dari mendiang ayahnya pak murya bekerja dengan sepenuh
hati Satu perssatu pohon benalupun roboh tak kuasa menahan gempuran dan
terjangan kapak yang terasah dari pak murya dan tugas dari bu murya sendiri membuatkan
anaknya ayunan dari kemben miliknya
diayun-ayunkan dengan diiringi nyanyian merdu dari suara emasnya anaknya pun perlahan tampak matanya makin sayu
hingga pada akhirnya terpejam melihat hal ini bu murya pun langsung membantu
suaminya memungut kayu bakar. Matahari pun semakin tinggi pak muryapun
memutuskan untuk istirahat makan, tikarpun di gelar bu murya menyiapkan sajian
makan siang untuk suaminya yang ia siapkan dari rumah dalam sebuah rantang .
nasi putih dengan lauk pauknya ikan asin, sayur asem ditemani sambal tomat
kesukaan pak murya, ia makan begitu lahapnya untuk mengembalikan tenaganya yang
terkuras, bu murya pun tengah asik menyusui anaknya.
“mudah-mudahan kayu bakar kita nisa
laku di pasar ya pak”harap istrinya
“iya semoga saja pasalnya uang
hasil jerih payahku hari ini akan kubelikan sebuah baju untuk anak kita “
“tapi pak beras kita sudah mulai
menipis klita juga harus membeli beras juga di pasar !”
“Baiklah beli beras terlebih dahulu
baru kemudian baju baru buat anak kita,
dengan ini aku akan bekerja lebih keras lagi agar kelak anak kita tidak hidup
sengsara aku ingin ia menjadi pendekar hebat yang disegani kawan dan lawan juga
akan menjadi pendekar tanpa tanding!”harap pak murya
“uuussssshhhh jangan berpikiran
yang tidak-tidak pak bagaiman nanti caranya membuat anak kita menjadi pendekar
yang hebat?”
“tentu kelak ia akan ku daftarkan
di padepokan silat giri kusuma aku akan menabung dari sekarang agar anak kita
bisa belajar ilmu bela diri disana!”aku pak murya
Tak
terasa mereka bersenda gurau hingga sang surya perlahan mulai condong menunjkan
kepada dunia saatnya untuk kembali kerumah , oleh karena itu pak murya kemudian
mengangkat kayu bakar yang tadi dikumpulkan oleh istrinya , buk murya pun ambil
bagian hanya saja dengan porsi yang lebih kecil mengingat bu murya sedang
menggendomng anaknya. Sedang asik-asiknya perjalanan mereka menuju rumah mereka
di kejutkan oleh lolongan serigala liar yang tengah kelaparan, mendengar suara
lolonga srigala keringat dingin bu murya mulai bercucuran.
“pak
bagaimana ini di belakang kita ada sekawanan srigala ?kita harus cepat keluar
dari hutan ini !”
“ia
kita harus cepat sebelum mereka menerkam kita!”
Alhasil merekapun mempercepat langkahnya untuk menghindari
sergapan srigala yang lapar, akan tetapi lolongan dari sekawanan serigala
tampak terdengar makin jelas tanda jarak mereka kian dekat.
“sewpertinya
sudah tidak ada jalan lain lagi, aku harus menghentikan srigasla
tersebut!!!”kata pak murya
“jangan
pak kita mesti sembunyi sembunyi saja!”ungkap bu murya yang mulai menampakan
wajah kekawatiran
“bersembunyi
dimanapun itu akan percuma saja karena mereka mempuinya indra penciuman yang
sangat tajam, bawa lari anak kita secepatnya biar aku yang menghadanh mereka!”
“tapi
pak??”
“aku
bilang pergi !”teriak pak murya
Dengan langkah yang berat bu muryapun membawa lari anaknya
yang masih tertidur nyenyak, haripun semakin gelap suara lolongann serigala
semakin menjadi-jadi jelasnya pak muryapun sudah bersiap dengan kapaknya dengan
mata awas ia bersiap-siap menghadai serigala-serigala tgersebut. Di semak-semak
tampak puluhan mata merah menyala, suara geraman menggema seantero hutan pak
muryA pun semakin waspada , terlihat gigi srigala yang menyeringai laksana
pedang yang siap merobek dan mencabik daging-daging segar. 1 serigala berlari kearah pak murya dengan
sekali tebasan kapak pak murya terpisah lah kepala serigala tersebut, serigala
lainnya megelilingi pak murya menunggu saat-saat yang tepat untuk meyergap ,
kemudian datang lagi serigala yang ingin menyergap dengan segap ia hempaskan
kapaknya alhasil perut srigala tersebutpun robek bersimbah darah, akan tetapi
jumlah serigala yang datang bertambah banyak saja satu persatu serigala yang
datng menghampiri dapat di lukai oleh pak murya. Akan tetapi jumlah serigala
terlalu banyak mengingat tenaga yang dimiliki pak murya terbatas, kelelahan pun
tak dapat dihindarkan lagi hingga membuat pak murya tidak meyadari dari di
belakanya telah siap menanti serigala yang lapar. Alhasil sekali terjangan
tepat mengenai leher pak murya, pak muryapun berteriak sejadi-jadinya.
“AAAARRRRRRRGGGGGHHHHHHHHHHH”.
Buk
muryapun mendengar suara jeritan suaminya hingga ia tak kuasa menahan gejolak
di dadanya dan menangis sejadi-jadinya anaknya
yang tertidurpun kontan terkesiap dan menagis. Semua kawanan srigala
tersebut melolong sejadi-jadinya tanda mereka telah memenangkann poertempuran
berdarah tersebut, buk murya lari dengan sekuat tenaga diiringi isak tangis
anaknya perlahan tetes demi tetes hujan membahasi bumi pertiwi tanda langit
ikut merasakan pilu yang dirasa keluarga tersebut.
Akan tetapi ketika
buk murya berlari di depannya 3 ekor
serigala telah menunggunya.
Bersambung . . .
0 comments:
Post a Comment