Monday, March 18, 2013

Kepak Sayap Sang Pendekar Elang


Alkisah di Sebuah Gunung berbatu di negri tatsaka tinggal seorang tua renta memiliki perawakan tinggi , jenggot putih yang memanjang hingga ke dada, selalu mengenakan jubah berwarna hitam, dan memiliki codet bekas cakaran elang di mata kirinya  ki Kanjuruh begitullah namanya dan para pendekar di dunia persilatan memberikan julukan sang pendekar Elang  dari Gunung berbatu hal tersebut dikarenakan Ki kanjuruh memiliki jurus andalan yang melegenda di dunia persilatan yaitu Jurus Cakar Elang maka dari itulah ki kanjuruhh termasuk 5 pendekar terkuat dari 5 penjuru mata angin dimana Ki kanjuruh merupakan pendekar terkuat di penjuru tengah. Meskipun Ki kanjuruh memiliki nama besar di dunia persilatan tidak membuatnya menjadi besar hati seumur hidupnya beliau tak pernah sekalipun menindas yang lemah selalu membela kebenaran itulah sikap ksatria yang dimilikinya selain itu ki kanjuruh juga jarang tampil di depan umum sehingga banyak pendekar  berbondong-bondong datang ke Gunung berbatu untuk menemuinya tentu untuk mempelajari ilmu bela diri dari Beliau tapi nihil tak satupun ada orang yang mengetahui persis kediamannya dan menemukannya , terkadang ki kanjuruh pernah menampkan dirinya ketika menolong orang-orang yang ditindas namun setelah itu ia akan menghilang lagi maka tak heran ki kanjuruh kadang juga di juluki siluman elang mengingat suka muncul dan pergi seenaknya seperti siluman.
                Pada suatu hari pasangan suami istri pak murya dan buk murya sambil menggendong anaknya yang masih kecil sedang mencari kayu bakar di hutan , dengan berbekal sebuah kapak warisan dari mendiang ayahnya pak murya bekerja dengan sepenuh hati Satu perssatu pohon benalupun roboh tak kuasa menahan gempuran dan terjangan kapak yang terasah dari pak murya dan tugas dari bu murya sendiri membuatkan anaknya  ayunan dari kemben miliknya diayun-ayunkan dengan diiringi nyanyian merdu dari suara emasnya  anaknya pun perlahan tampak matanya makin sayu hingga pada akhirnya terpejam melihat hal ini bu murya pun langsung membantu suaminya memungut kayu bakar. Matahari pun semakin tinggi pak muryapun memutuskan untuk istirahat makan, tikarpun di gelar bu murya menyiapkan sajian makan siang untuk suaminya yang ia siapkan dari rumah dalam sebuah rantang . nasi putih dengan lauk pauknya ikan asin, sayur asem ditemani sambal tomat kesukaan pak murya, ia makan begitu lahapnya untuk mengembalikan tenaganya yang terkuras, bu murya pun tengah asik menyusui anaknya.
“mudah-mudahan kayu bakar kita nisa laku di pasar ya pak”harap istrinya
“iya semoga saja pasalnya uang hasil jerih payahku hari ini akan kubelikan sebuah baju untuk anak kita “
“tapi pak beras kita sudah mulai menipis klita juga harus membeli beras juga di pasar !”
“Baiklah beli beras terlebih dahulu baru kemudian baju  baru buat anak kita, dengan ini aku akan bekerja lebih keras lagi agar kelak anak kita tidak hidup sengsara aku ingin ia menjadi pendekar hebat yang disegani kawan dan lawan juga akan menjadi pendekar tanpa tanding!”harap pak murya
“uuussssshhhh jangan berpikiran yang tidak-tidak pak bagaiman nanti caranya membuat anak kita menjadi pendekar yang hebat?”
“tentu kelak ia akan ku daftarkan di padepokan silat giri kusuma aku akan menabung dari sekarang agar anak kita bisa belajar ilmu bela diri disana!”aku pak murya

                                Tak terasa mereka bersenda gurau hingga sang surya perlahan mulai condong menunjkan kepada dunia saatnya untuk kembali kerumah , oleh karena itu pak murya kemudian mengangkat kayu bakar yang tadi dikumpulkan oleh istrinya , buk murya pun ambil bagian hanya saja dengan porsi yang lebih kecil mengingat bu murya sedang menggendomng anaknya. Sedang asik-asiknya perjalanan mereka menuju rumah mereka di kejutkan oleh lolongan serigala liar yang tengah kelaparan, mendengar suara lolonga srigala keringat dingin bu murya mulai bercucuran.
                “pak bagaimana ini di belakang kita ada sekawanan srigala ?kita harus cepat keluar dari hutan ini !”
                “ia kita harus cepat sebelum mereka menerkam kita!”
Alhasil merekapun mempercepat langkahnya untuk menghindari sergapan srigala yang lapar, akan tetapi lolongan dari sekawanan serigala tampak terdengar makin jelas tanda jarak mereka kian dekat.
                “sewpertinya sudah tidak ada jalan lain lagi, aku harus menghentikan srigasla tersebut!!!”kata pak murya
                “jangan pak kita mesti sembunyi sembunyi saja!”ungkap bu murya yang mulai menampakan wajah kekawatiran
                “bersembunyi dimanapun itu akan percuma saja karena mereka mempuinya indra penciuman yang sangat tajam, bawa lari anak kita secepatnya biar aku yang menghadanh mereka!”
                “tapi pak??”
                “aku bilang pergi !”teriak pak murya
Dengan langkah yang berat bu muryapun membawa lari anaknya yang masih tertidur nyenyak, haripun semakin gelap suara lolongann serigala semakin menjadi-jadi jelasnya pak muryapun sudah bersiap dengan kapaknya dengan mata awas ia bersiap-siap menghadai serigala-serigala tgersebut. Di semak-semak tampak puluhan mata merah menyala, suara geraman menggema seantero hutan pak muryA pun semakin waspada , terlihat gigi srigala yang menyeringai laksana pedang yang siap merobek dan mencabik daging-daging segar.  1 serigala berlari kearah pak murya dengan sekali tebasan kapak pak murya terpisah lah kepala serigala tersebut, serigala lainnya megelilingi pak murya menunggu saat-saat yang tepat untuk meyergap , kemudian datang lagi serigala yang ingin menyergap dengan segap ia hempaskan kapaknya alhasil perut srigala tersebutpun robek bersimbah darah, akan tetapi jumlah serigala yang datang bertambah banyak saja satu persatu serigala yang datng menghampiri dapat di lukai oleh pak murya. Akan tetapi jumlah serigala terlalu banyak mengingat tenaga yang dimiliki pak murya terbatas, kelelahan pun tak dapat dihindarkan lagi hingga membuat pak murya tidak meyadari dari di belakanya telah siap menanti serigala yang lapar. Alhasil sekali terjangan tepat mengenai leher pak murya, pak muryapun berteriak sejadi-jadinya. “AAAARRRRRRRGGGGGHHHHHHHHHHH”.
                Buk muryapun mendengar suara jeritan suaminya hingga ia tak kuasa menahan gejolak di dadanya dan menangis sejadi-jadinya anaknya  yang tertidurpun kontan terkesiap dan menagis. Semua kawanan srigala tersebut melolong sejadi-jadinya tanda mereka telah memenangkann poertempuran berdarah tersebut, buk murya lari dengan sekuat tenaga diiringi isak tangis anaknya perlahan tetes demi tetes hujan membahasi bumi pertiwi tanda langit ikut merasakan pilu yang dirasa keluarga tersebut.
 Akan tetapi ketika buk murya berlari di depannya  3 ekor serigala telah menunggunya.
Bersambung . . .

Newer Post Older Post Home

0 comments:

Post a Comment

Share With

Twitter Google Plus Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Total Pengunjung Minggu Ini